Social Penetration Theory (SPT) ini dianalogikan dengan bawang merah yang memiliki lapisan-lapisan layaknya dalam berkomunikasi antarpribadi yang memiliki lapisan keintiman (bukan secara fisik).
Teori Penetrasi Sosial didasarkan pada beberapa prinsip Teori Pertukaran Sosial (Thibaut&Kelley, 1959) yang menyatakan bahwa pertukaran sosial “melibatkan bantuan-bantuan yang menciptakan kewajiban di masa datang dan oleh karenanya membawa sebuah pengaruh mendasar dalam sebuah hubungan sosial” (Blau, 1964, hal 140). Altman dan Taylor mendasarkan beberapa dari karya mereka pada proses-proses pertukaran sosial; yaitu, pertukaran sumber daya antara individu-individu dalam sebuah hubungan. (West-Turner, 2008).
Altman dan Taylor berpendapat bahwa hubungan dapat dikonseptualisasikan dalam bentuk penghargaan dan pengorbanan. Penghargaan adalah segala bentuk peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan dalam pasangan, sedangkan pengorbanan adalah segala peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong munculnya perasaan negatif. (ibid). Pengennya ini tak bikin footnote, soalnya referensinya sama kek yg atas ul.hehe
Misalkan dalam sebuah perkenalan, Anis dan Hasan yang memiliki pengalaman berpisah dari pasangan(suami/istri) masing-masing. Keduanya akan saling berpikir;salah satu prinsip komunikasi, complicated (Anis berpikir tentang dirinya, Hasan berpikir tentang dirinya, Anis berpikir tentang Hasan, Hasan berpikir tentang Anis, Anis berpikir bagaimana Hasan memikirkannya, Hasan berpikir bagaimana Anis memikirkannya) yang amat rumit secara teoritis. Hal ini pasti terjadi dikarenakan mereka tidak memiliki referensi tentang yang lain. Sehingga dalam kerumitan tadi, terdapat penghargaan Anis terhadap Hasan begitupun sebaliknya.
Teori Penetrasi Sosial sudah mempunyai ruang khusus dalam pembahasan ilmu komunikasi. Sudah lebih dari empat puluh tahun sejak perumusannya, teori ini dan konsep pembukaan diri telah menghasilkan ratusan macam kajian. Dalam (West-Turner, 2008) memberikan contoh, pada bagian tipe hubungan dan melintasi berbagai macam populasi. Keluarga (Turner & West, 2006), guru (Mottet, Beebe, Raffled, & Medlock, 2004); Rush, Simonds, & Hart, 2002), pernikahan (Chaughlin & Petronio, 2004), dan hubungan dokter-pasien (Duggan & Parrott, 2001) semuanya telah diteliti. Selanjutnya pengaruh budaya pada proses penetrasi sosial (misalnya, Gudykunst & Nishida, 1986) juga sudah diamati. Ilmuwan pada era pengembangan hubungan dan area lainnya, termasuk kontrol hubungan (Rogers & Escudero, 2004), persahabatan (Johnson et al., 2004) dan mempertahankan hubungan (Dindia, 2003) banyak berhutang pada tulisan-tulisan mengenai penetrasi sosial.
Namun, teori ini sendiri tidak terlepas dari sejumlah kritikan. Ada kritikan yang menyatakan bahwa seringkali cepat-lambatnya suatu hubungan tidak bersifat sengaja atau mampu diprediksikan sebelumnya. Ada kalanya ketika kita dengan terpaksa harus cepat mengakrabkan diri dengan seseorang tertentu, dan kita tidak memiliki pilihan yang lain. Teori tersebut tidak mampu menjelaskan tentang hal tersebut.
Teori ini juga tidak mengungkapkan persoalan gender dalam penjelasannya. Padahal perbedaan gender akan sangat berpengaruh kepada persoalan keterbukaan-diri dalam relasi interpersonal (lelaki cenderung lebih tertutup daripada wanita).
Altman dan Taylor juga hampir secara konsisten menggunakan perspektif untung-rugi dalam menilai atau mengukur suatu relasi interpersonal. Pertanyaannya yang pertama muncul adalah sejauh mana kita akan konsisten dalam menilai yang mana yang merupakan keuntungan dan yang mana yang merupakan kerugian bagi diri kita dalam hubungan tersebut? Dan pertanyaan yang kedua adalah sejauh mana kita akan terus bersifat egois dalam suatu hubungan dengan orang lain? Padahal kita juga sering merasa bahwa dalam suatu hubungan interpersonal bahwa segalanya tidak melulu tentang diri kita, tentang apa keuntungan yang kita dapatkan dalam hubungan tersebut. Bahkan kita seringkali merasa senang bahwa teman kita mendapatkan suatu keuntungan atau kabar yang menggembirakan. Walaupun hal itu bukan terjadi pada diri kita, ternyata kita juga mampu untuk turut berbahagia. Hal ini juga tidak mampu dijelaskan dalam teori tersebut.
Sumber:
Griffin, EM. ( ). A First Look At Communication Theory. 6th Edition. Boston : McGraw-Hill.
Griffin, EM. ( ). A First Look At Communication Theory. 6th Edition. Boston : McGraw-Hill.
Kadarsih, Ristiana (2009). "Teori Penetrasi Sosial dan Hubungan Interpersonal". Jurnal Dakwah, Vol. X No. 1 Januari-Juni. Diakses 10 April 2017 21:32WIB [Tersedia: digilib.uin-suka.ac.id]
West, Richard dan Turner, Lynn H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi (Terj). Jakarta : Salemba.
0 Response to "TEORI PENETRASI SOSIAL (Social Penetration Theory)"
Post a Comment